بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Kamis, 31 Agustus 2023

1.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

 





1.     1. Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari Modul 1?

- Pembelajaran selama ini lebih didominasi oleh guru (teacher center  learning)

- Guru cenderung mementingkan kemampuan kognitif dan hafalan  Siswa hanya dianggap sebagai objek pembelajaran

- Guru adalah sumber belajar mutlak di kelas dan kurang menyelami kondisi siswa

2.     Apa yang berubah pemikiran atau perlakuan Anda setelah mempelajari Modul ini?

- Pembelajaran berpusat pada siswa (student center learning), guru sebagai  among/penuntun agar siswa tidak kehilangan arah dan membahayakan  dirinya

- Tidak lagi memfokuskan penilaian hanya kognitif dan hafalan, tetapi lebih  menekankan kepada keterampilan dan penebalan laku dalam membentuk  budi pekerti

- Murid sebagai subjek pembelajar yang memiliki karakteristik unik dan  istimewa, guru memahami bahwa kodrat anak adalah bermain dan mandiri

3.     Apa yang dapat Anda terapkan lebih baik agar kelas Andamencerminkanpemikiran KHD?

- Bersama siswa membuat kesepakatan kelas

- Membimbing siswa dalam mengenali gaya belajarnya Siswa hanya dianggap sebagai  Sobjek pembelajaran

- Mengintegrasikan permainan kedalam pembelajaran agar lebih menyenangkan dan  bermakna

- Mengedepankan kearifan lokal sebagai dasar-dasar nilai budaya  Melakukan refleksi bersama siswa agar tercapai tujuan  Melakukan kolaborasi dengan orang tua

- Berhambakan siswa dengan patut dan proporsional

 

KESIMPULAN DAN REFLEKSI PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA (KHD)

Kesimpulan dan penjelasan mengenai pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Ki Hajar Dewantara (KHD) memberikan pemikirannya tentang dasar-dasar Pendidikan. Menurut KHD, Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Menurut Ki Hajar Dewantara (KHD), pengajaran adalah bagian dari pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya.

Dengan demikian dapat disimpulkan Pendidikan dan pengajaran tidak dapat dipisahkan.

Menurut Ki Hajar Dewantara pengajaran dan pendidikan harus selaras dengan penghidupan dan kehidupan bangsa agar semangat cinta tanah air dapat terus terpelihara.

Ki Hajar Dewantara menekankan agar pendidikan selalu memperhatikan kodrat alam, kemerdekaan, kemanusiaan, kebudayaan, dan kebangsaan. Semua ini tujuannya yaitu agar terwujud pendidikan yang memerdekakan siswa.

 

Refleksi dari pengetahuan dan pengalaman baru

Sebelum mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya percaya bahwa dengan tindakan tegas dan memberikan hukuman maka akan membuat perubahan terhadap diri siswa, ternyata hal tersebut bisa bersifat sementara karena adanya rasa takut dan bukan atas kesadaran pribadinya. Saya belum menyadari adanya kodrat alam yang membuat siswa ada memiliki kemampuan yang berbeda-beda, sehingga sering memberikan materi dan cara mengajar yang sama terhadap siswa.

Proses pembelajaran dan suasana kelas yang mencerminkan pemikiran KHD yang bisa diterapkan yaitu:

1. Merancang dan melakukan asessmen diagnostik awal untuk mengetahui profil siswa

2. Merancang pembelajaran sesuai dengan hasil asessmen diagnostik awal yang telah dilakukan

3. Membuat kesepakatan belajar di kelas

4. Tidak memberikan hukuman yang tidak mendidik kepada siswa

5. Mengenali siswa dan latar belakangnya dengan home visit

6. Memberikan pembelajaran yang menarik bagi siswa

Kamis, 06 Februari 2014




    Jundu Muhammad
   
    http://jundumuhammad.net
    Catatan-catatan dari seorang Pengagum Rasulullah
    Tue, 28 Jan 2014 23:08:37 +0000
    en
    hourly
    1
    http://wordpress.org/?v=3.3.1
       
        Aqidah Sunni: Sifat Qidam bagi Allah Ta’aala dan Korelasinya dengan Penafian Arah dan Tempat Bagi Allah Ta’aala
        http://jundumuhammad.net/2014/01/28/aqidah-sunni-sifat-qidam-bagi-allah-taaala-dan-korelasinya-dengan-penafian-arah-dan-tempat-bagi-allah-taaala/
        http://jundumuhammad.net/2014/01/28/aqidah-sunni-sifat-qidam-bagi-allah-taaala-dan-korelasinya-dengan-penafian-arah-dan-tempat-bagi-allah-taaala/#comments
        Tue, 28 Jan 2014 14:20:46 +0000
        Jundu Muhammad
                Ahlussunnah Wal Jama'ah
        Aqidah Ahlussunnah

        http://jundumuhammad.net/?p=1997
        بسم الله الرحمن الرحيم   Makna Qidam Sifat Qidam diambil dari akar kata yang sama dengan sifat al-Qadim. Qadiim maknanya adalah “Yang paling Awal dan wujudnya tanpa sebab”. Kata “Qidam”  menunjukkan sifat sedangkan kata “Qadiim” menunjukkan zat yang mempunyai sifat qidam. Kata al-Qadiim disebutkan di dalam hadits shahih ini: عن النبي صلى الله عليه وسلم [...]
            <h2 style="text-align: center;">بسم الله الرحمن الرحيم</h2>
<p>&nbsp;</p>
<h3><strong>Makna Qidam</strong></h3>
<p style="text-align: justify;">Sifat Qidam diambil dari akar kata yang sama dengan sifat al-Qadim. Qadiim maknanya adalah &#8220;Yang paling Awal dan wujudnya tanpa sebab&#8221;. Kata &#8220;Qidam&#8221;  menunjukkan sifat sedangkan kata &#8220;Qadiim&#8221; menunjukkan zat yang mempunyai sifat qidam. Kata al-Qadiim disebutkan di dalam hadits shahih ini:</p>
<h2 style="text-align: right;">عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه كان إذا دخل المسجد قال &#8212; أعوذ بالله العظيم وبوجهه االكريم وسلطانه القديم من الشيطان الرجيم&#8211; رواه أبو داود</h2>
<p style="text-align: justify;">Dari Kanjeng Nabi Muhammad Shollallaahu &#8216;alaihi wa sallam, bahwasanya ketika beliau masuk masjid Beliau berdo&#8217;a &#8220;Aku memohon perlindungan dengan Allah yang Maha Agung dan dengan wajah-Nya yang mulia dan kerajaan-Nya yang qadiim (tak berawal), dari gangguan syaithan yang terkutuk&#8221; (Sunan Abu Dawud, juz 2, halaman 56, lihat <a href="http://maktabah.jundumuhammad.net/read.php?vcid=3&amp;vbid=14&amp;vtocid=556" target="_blank">http://maktabah.jundumuhammad.net/read.php?vcid=3&amp;vbid=14&amp;vtocid=556</a>)<span id="more-1997"></span></p>
<p>Oleh sebab itu pemberian istilah Qidam itu memiliki dasar yang kuat.</p>
<p>Imam Ahmad rahimahullah berkata bahwa Allah itu Qadiim yakni Zat yang bersifat Qidam:</p>
<h2 style="text-align: right;">وكان يقول إن الله تعالى قديم بصفاته التي هي مضافة اليه في نفسه &#8212; ابو فضل التميمي في كتابه إعتقاد الإمام ابن حنبل</h2>
<p style="text-align: justify;">&#8220;Imam Ahmad berkata bahwa Allah itu Qadiim dalam sifat-sifat-Nya yang disandarkan pada diri-Nya.&#8221; (Abu Fadhl at-Tamimi, dalam kitabnya I&#8217;tiqad al-Imam ibn Hanbal, lihat: <a href="http://islamport.com/d/1/aqd/1/36/117.html" target="_blank">http://islamport.com/d/1/aqd/1/36/117.html</a>).</p>
<p style="text-align: justify;">Siapakah Abu Fadhl at-Tamimi? beliau adalah seorang imam yang faqih, pemuka ulama madzhab hanbali, nama beliau adalah Abdul Wahid bin Abdul Aziz bin al-Harits at-Tamimiy al-Baghdadi al-Hanbali. Beliau adalah orang yang shaduuq. lihat: <a href="http://library.islamweb.net/newlibrary/showalam.php?id=3811" target="_blank">http://library.islamweb.net/newlibrary/showalam.php?id=3811</a>.</p>
<h3><strong>Korelasi sifat qidam dengan penafian arah dan tempat bagi Allah Ta&#8217;aala</strong></h3>
<h2 style="text-align: right;"> قال الله تعالى: هوالأول</h2>
<p>&nbsp;</p>
<p style="text-align: justify;">Allah Ta&#8217;aala berfirman: &#8220;Dia-lah yang Awwal&#8221; (al-Qur&#8217;aan al-Kariim surat al-Hadiid: 3)</p>
<p>&nbsp;</p>
<h2 style="text-align: right;">قال النبي صلى الله عليه وسلم: أنت الأول فليس قبلك شيء &#8212; رواه مسلم</h2>
<p>&nbsp;</p>
<p style="text-align: justify;">Kanjeng Nabi Muhammad Shollallaahu &#8216;alaihi wa sallam bersabda: &#8220;Engkaulah yang Awwal, maka tiada sesuatu pun sebelum Engkau&#8221; (HR. Muslim)</p>
<p style="text-align: justify;">Sifat Qidam memiliki makna menafikan keberadaan wujud lain yang mendahului wujud Allah, atau wujud lain yang bersamaan dengan wujud Allah. Oleh sebab itu, sifat qidam menghilangkan substansi pendahuluan bagi makhluk sebelum Allah. Begitu pula dengan sifat-sifat Allah, semuanya qadiimah, tidak berubah dengan penciptaan makhluk yang sifatnya hadits/baru.</p>
<p style="text-align: justify;"><span style="text-align: justify;">Menetapkan </span><strong style="text-align: justify;">ARAH</strong><span style="text-align: justify;"> dan </span><strong style="text-align: justify;">TEMPAT</strong><span style="text-align: justify;"> kepada Allah mengandung pengertian bahwa sesungguhnya Allah tidaklah bersifat fauqiyyah (di atas) </span><strong style="text-align: justify;">kecuali</strong><span style="text-align: justify;"> setelah Allah menciptakan alam semesta. Maka, sebelum penciptaan alam semesta itu, Allah Ta&#8217;aala tidak berada di arah &#8220;ATAS&#8221; karena belum adanya sesuatu yang berada di arah &#8220;BAWAH&#8221;. Dengan demikian, keberadaan di tempat &#8220;ATAS&#8221; merupakan sifat BARU yang dihasilkan dikarenakan adanya sesuatu yang baru pula. Oleh karena itu, sifat yang seperti ini tidak layak disematkan bagi Allah Ta&#8217;aala.</span></p>
<p style="text-align: justify;">Di dalam kitab Daf&#8217;u Syubah at-Tasybih bi akaff at-Tanziih disebutkan:</p>
<h2 style="text-align: right;">وكان أحمد لا يقول بالجهة للباري لأن الجهات تخلى عما سواها</h2>
<p style="text-align: justify;">&#8220;Dan adapun imam Ahmad, beliau tidak pernah mengatakan mengenai penetapan arah bagi Allah. Karena penetapan arah itu berarti meniadakan arah lain.&#8221; (Ibnul Jawzi, Daf&#8217;u Syubah at-Tasybih, juz 1, halaman 135. Lihat: <a href="http://maktabah.jundumuhammad.net/read.php?vcid=4&amp;vbid=32&amp;vtocid=34" target="_blank">http://maktabah.jundumuhammad.net/read.php?vcid=4&amp;vbid=32&amp;vtocid=34</a>)</p>
<p style="text-align: justify;">Tempat dan arah itu adalah huduts/baru/diciptakan. Oleh sebab itu tidak boleh hukumnya mensifati Allah dengan sifat-sifat yang baru, termasuk juga bertanya dengan pertanyaan yang dapat mengarah ke sana. Tidaklah boleh bertanya tentang Allah dengan pertanyaan seperti: &#8220;Dimanakah Allah?&#8221; dengan tujuan untuk mengetahui ARAH dan TEMPAT Allah berada.</p>
<p style="text-align: justify;">Maha Suci Allah dari Tempat dan Arah.</p>
<p>Wallaahu a&#8217;lam.</p>

            http://jundumuhammad.net/2014/01/28/aqidah-sunni-sifat-qidam-bagi-allah-taaala-dan-korelasinya-dengan-penafian-arah-dan-tempat-bagi-allah-taaala/feed/
        1
       
       
        drs. Ahmad Sukina (MTA) Menyatakan Secara Mutlak bahwa Orang yang Tidak Sholat adalah Kafir dan ketika Orang itu Meninggal Tidak Boleh Disholatkan
        http://jundumuhammad.net/2014/01/15/drs-ahmad-sukina-mta-menyatakan-secara-mutlak-bahwa-orang-yang-tidak-sholat-adalah-kafir-dan-ketika-orang-itu-meninggal-tidak-boleh-disholatkan-karena-dia-kafir/
        http://jundumuhammad.net/2014/01/15/drs-ahmad-sukina-mta-menyatakan-secara-mutlak-bahwa-orang-yang-tidak-sholat-adalah-kafir-dan-ketika-orang-itu-meninggal-tidak-boleh-disholatkan-karena-dia-kafir/#comments
        Wed, 15 Jan 2014 00:50:04 +0000
        Jundu Muhammad
                Kritik Terhadap MTA

        http://jundumuhammad.net/?p=1987
        Pada potongan video tersebut, drs. Ahmad Sukina (MTA) menyatakan secara mutlak (tidak melakukan perincian) bahwa orang yang tidak sholat adalah kafir, dan ketika orang itu meninggal tidak boleh disholatkan karena dia dihukumi kafir. Padahal, jika benar-benar merujuk dengan mengikuti pendapat ulama di dalam masalah menghukumi kafir atas seseorang, maka dapat ditemui bahwa para ulama&#8217; ahlussunnah [...]
            <p><object width="420" height="315" classid="clsid:d27cdb6e-ae6d-11cf-96b8-444553540000" codebase="http://download.macromedia.com/pub/shockwave/cabs/flash/swflash.cab#version=6,0,40,0"><param name="allowFullScreen" value="true" /><param name="allowscriptaccess" value="always" /><param name="src" value="//www.youtube.com/v/cbdG-IOCfuY?version=3&amp;hl=en_US&amp;rel=0" /><param name="allowfullscreen" value="true" /><embed width="420" height="315" type="application/x-shockwave-flash" src="//www.youtube.com/v/cbdG-IOCfuY?version=3&amp;hl=en_US&amp;rel=0" allowFullScreen="true" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" /></object></p>
<p style="text-align: justify;">Pada potongan video tersebut, drs. Ahmad Sukina (MTA) menyatakan secara mutlak (tidak melakukan perincian) bahwa orang yang tidak sholat adalah kafir, dan ketika orang itu meninggal tidak boleh disholatkan karena dia dihukumi kafir.</p>
<p style="text-align: justify;">Padahal, jika benar-benar merujuk dengan mengikuti pendapat ulama di dalam masalah menghukumi kafir atas seseorang, maka dapat ditemui bahwa para ulama&#8217; ahlussunnah sangat berhati-hati di dalam menghukumi kafir terhadap seseorang.</p>
<p style="text-align: justify;">Berdasarkan penjelasan ulama&#8217; ahlussunnah mu&#8217;tabar yang diakui keilmuannya di kalangan ulama, orang yang meninggalkan sholat itu terbagi menjadi 2 macam kategori, yaitu:<span id="more-1987"></span></p>
<ol>
<li style="text-align: justify;">Meninggalkan sholat dengan beri&#8217;tiqod bahwa ia tidak wajib mengerjakan sholat.</li>
<li style="text-align: justify;">Meninggalkan sholat dengan tetap beri&#8217;tiqod bahwa sholat itu diwajibkan namun ia malas untuk mengerjakan.</li>
</ol>
<p style="text-align: justify;">Maka dengan demikian <strong>hukum mensholati mayit yang di masa hidupnya tidak mengerjakan sholat</strong>:</p>
<p style="text-align: justify;"><strong>A. Haram</strong>, jika orang tersebut adalah orang seperti yang dimaksud pada ketegori nomor 1 diatas, karena dihukumi murtad bagi seorang muslim yang beri&#8217;tiqad bahwa ia tidak diwajibkan sholat.<br />
Di dalam kitab al-Iqna, Syaikh Syamsuddin Muhammad bin Ahmad asy-Syarbini al-Khathib menyatakan:</p>
<h2 style="text-align: center;">والمكلف (تارك الصلاة) الى ان قال (احدهما ان يتركها غير معتقد لوجوبها ) عليه جحدا، بان انكره بعد علمه به، او عناداكما فى القوت عن الدارمى (فحكمه) فى وجوب استتابته وقتله وجواز غسله وتكفينه وحرمة الصلاة عليه ودفنه فى مقابر المشركين -حكم المرتد //الاقناع ج.٢ ص ٢٤٨_٢٤٩</h2>
<p><strong>B. Fardu Kifayah</strong> jika dalam hal meninggalkan sholatnya ia adalah seorang muslim yang termasuk kategori nomor 2.</p>
<h2 style="text-align: center;">و الثا نى ان يتركها كسلا- حتى يخرج وقتها حال كونه (معتقدا وجوبها فيستتاب، فان تاب و صلى) وهو تفسير للتوبة (والا) اى وان لم يتب( قتل حدا) لا كفرا (وكان حكمه حكم المسلمين) فى الدفن فى مقابرهم و لا يطمس قبره وله حكم المسلمين ايضا فى الغسل والتكفين والصلاة عليه</h2>
<h2 style="text-align: center;">فتح القريب المجيب بها مش الباجورى ج:٢ ص:٢٦٨</h2>
<p style="text-align: justify;">Di kitab Bughyah al-Musytarsyidin, Sayyid Abdurrahman bin Muhammad bin Husain bin Umar al-Masyhur menyatakan:</p>
<h2 style="text-align: center;">مسألة ب&#8211; يجب تجهيزكل مسلم محكم بإسلامه وإن نحشت ذنوبه وكان تاركا للصلاة وغيرهامن غيرجحود</h2>
<div></div>
<div style="text-align: justify;">Wajib merawat jenazah setiap muslim yang dihukumi atau diakui keislamannya walaupun banyak dosanya, meninggalk<wbr>an shalat dan lainnya selama tidak mengingkar<wbr>inya.</wbr></wbr></div>
<p style="text-align: justify;">Ulama&#8217; ahlussunnah wal jama&#8217;ah sangat berhati-hati di dalam menghukumi kafir seseorang, tidak gegabah, grusa-grusu, karena resikonya pentakfiran yang gegabah ini sangat berat!</p>
<p style="text-align: justify;">Dalam riwayat Bukhori dan Muslim dari Ibnu Umar:</p>
<h2 style="text-align: center;">اِذَا قَالَ الرَّجُلُ لأِخِهِ: يَا كَافِرُ! فَقَدْ بَاءَ بِهَا أحَدُهُمَا فَاِنْ كَانَ كَمَا قَالَ وَاِلاّ رَجَعَتْ عَلَيْـهِ</h2>
<p style="text-align: justify;">&#8220;Barangsiapa yang berkata pada saudaranya &#8216;hai kafir&#8217; kata-kata itu akan kembali pada salah satu diantara keduanya. Jika tidak (artinya yang dituduh tidak demikian) maka kata itu kembali pada yang mengucapkan (yang menuduh)&#8221;.</p>
<p style="text-align: justify;">Hadits riwayat At-Thabrani dalam Al-Kabir ada sebuah hadits dari Abdullah bin Umar dengan isnad yang baik bahwa Rasulallah  Shollallaahu &#8216;alaihi wa sallam pernah memerintahkan:</p>
<h2 style="text-align: center;">كُفُّوْا عَنْ أهْلِ (لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ) لاَ تُكَفِّرُوهُمْ بِذَنْبٍ وَفِى رِوَايَةٍ وَلاَ تُخْرِجُوْهُمْ مِنَ الإِسْلاَمِ بِعَمَلٍ</h2>
<p style="text-align: justify;">&#8220;Tahanlah diri kalian (jangan menyerang) orang ahli &#8216;Laa ilaaha illallah&#8217; (yakni orang Muslim). Janganlah kalian mengkafirkan mereka karena suatu dosa&#8221;. Dalam riwayat lain dikatakan : &#8220;Janganlah kalian mengeluarkan mereka dari Islam karena suatu amal ( perbuatan)&#8221;.</p>
<p style="text-align: justify;">

            http://jundumuhammad.net/2014/01/15/drs-ahmad-sukina-mta-menyatakan-secara-mutlak-bahwa-orang-yang-tidak-sholat-adalah-kafir-dan-ketika-orang-itu-meninggal-tidak-boleh-disholatkan-karena-dia-kafir/feed/
        1
       
       
        Drs. Ahmad Sukina (MTA): Halal Hukumnya Memakan Daging Cicak/Tokek
        http://jundumuhammad.net/2014/01/14/drs-ahmad-sukina-mta-halal-hukumnya-memakan-daging-cicak-tokek/
        http://jundumuhammad.net/2014/01/14/drs-ahmad-sukina-mta-halal-hukumnya-memakan-daging-cicak-tokek/#comments
        Tue, 14 Jan 2014 07:43:32 +0000
        Jundu Muhammad
                Kritik Terhadap MTA

        http://jundumuhammad.net/?p=1975
        Pada potongan video tersebut, di depan umat MTA, Drs. Ahmad Sukina dari MTA (Majelis Tafsir Al-Qur&#8217;an) menyatakan bahwa daging tokek, cicak, bunglon dan hewan sebangsanya itu halal untuk dimakan. Tentu hal ini akan mengundang kontroversi di kalangan umat Islam pada umumnya. Lalu bagaimana pendapat Ulama&#8217; Ahlussunnah wal Jama&#8217;ah mengenai hukum memakan daging tokek ini? Cicak [...]
            <p><object width="420" height="315" classid="clsid:d27cdb6e-ae6d-11cf-96b8-444553540000" codebase="http://download.macromedia.com/pub/shockwave/cabs/flash/swflash.cab#version=6,0,40,0"><param name="allowFullScreen" value="true" /><param name="allowscriptaccess" value="always" /><param name="src" value="//www.youtube.com/v/NvUfXusapm4?hl=en_US&amp;version=3" /><param name="allowfullscreen" value="true" /><embed width="420" height="315" type="application/x-shockwave-flash" src="//www.youtube.com/v/NvUfXusapm4?hl=en_US&amp;version=3" allowFullScreen="true" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" /></object></p>
<p style="text-align: justify;">Pada potongan video tersebut, di depan umat MTA, Drs. Ahmad Sukina dari MTA (Majelis Tafsir Al-Qur&#8217;an) menyatakan bahwa daging tokek, cicak, bunglon dan hewan sebangsanya itu halal untuk dimakan. Tentu hal ini akan mengundang kontroversi di kalangan umat Islam pada umumnya.</p>
<p>Lalu bagaimana pendapat Ulama&#8217; Ahlussunnah wal Jama&#8217;ah mengenai hukum memakan daging tokek ini?<span id="more-1975"></span></p>
<p style="text-align: justify;">Cicak dan tokek termasuk fawasiq, yakni hewan yang termasuk dianjurkan untuk dibunuh sebagaimana Rasulullah Shollallaahu &#8216;alaihi wa sallam memerintahkan kita.</p>
<h2 style="text-align: center;">عن أم شريك : أن النبي صلى الله عليه وآله وسلم أمر بقتل <strong>الوزغ .متفق عليه</strong></h2>
<p style="text-align: justify;">Bahwasanya Nabi Shollallaahu &#8216;alaihi wa aalihi wa sallama menganjurkan untuk membunuh hewan cicak/tokek. (Muttafaqun &#8216;alaih)</p>
<p style="text-align: justify;">Dan diantara salah satu dasar pengharaman suatu binatang adalah karena adanya perintah untuk membunuhnya. Dan berdasarkan hadits Nabi Shollallaahu &#8216;alaihi wa sallam tersebut, sangat jelas dan gamblang bahwa beliau menyuruh untuk membunuh hewan cicak/tokek.</p>
<p style="text-align: justify;">Di dalam kitab Majmu Syarh al-Muhadzdzab, yaitu kitab karangan Imam Nawawi Rahimahullaah (Beliau adalah seorang Ulama&#8217; mu&#8217;tabar, diakui keilmuannya, hafal Al-Qur&#8217;an, menguasai Tafsir, menguasai Hadits, seorang ulama&#8217; yang berjalan mengikuti Al-Qur&#8217;an dan Sunnah), beliau menyatakan bahwa:</p>
<h2 style="text-align: center;"><strong><span style="font-family: Arabic Transparent;"> ومنها &#8211; <span style="color: #ff0000;">الوزغ وأنواعه كحرباء الظهيرة</span> والعظاء وهي ملساء تشبه سام أ</span></strong><strong><span style="font-family: Arabic Transparent;">برص ، وهي أخس منه واحدتها عظاة وعظاية <span style="color: #ff0000;">فكل هذا حرام</span></span></strong></h2>
<p style="text-align: justify;">dan diantara hasyarat ialah al-wazagh (tokek) dan macam-macamnya, seperti hirbaa&#8217; azh-zhahiirah (tokek jantan) &#8230; <span style="color: #ff0000;">maka semuanya haram.</span></p>
<p style="text-align: justify;">Dan menurut imam asy-Syaukani di dalam kitab karyanya yang bernama Nail al-Awthar beliau menyebutkan bahwa cicak/tokek termasuk hewan yang menjijikkan, dan hewan yang menjijikkan itu haram untuk dimakan sebagaimana firman Allah Ta&#8217;aala: <strong>{ </strong><a href="http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?bk_no=47&amp;ID=1080&amp;idfrom=2547&amp;idto=2608&amp;bookid=47&amp;startno=8#docu"><strong>يحرم عليهم الخبائث</strong><strong> </strong></a><strong>}</strong>.</p>
<h2 style="text-align: center;"><strong>أصول التحريم إما نص الكتاب أو السنة أو الأمر بقتله كالخمسة وما ضر من غيرها فمقيس عليها أو النهي عن قتله كالهدهد والخطاف والنحلة والنملة والصرد <span style="color: #ff0000;">أو استخباث</span> العرب إياه كالخنفساء والضفدع والعظاية <span style="color: #ff0000;">والوزغ</span> والحرباء والجعلان وكالذباب والبعوض والزنبور والقمل والكتان والنامس والبق والبرغوث ، لقوله تعالى: { </strong><a href="http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?bk_no=47&amp;ID=1080&amp;idfrom=2547&amp;idto=2608&amp;bookid=47&amp;startno=8#docu"><strong>يحرم عليهم الخبائث</strong><strong> </strong></a><strong>} وهي مستخبثة عندهم والقرآن نزل بلغتهم ، فكان استخباثهم طريق تحريم ، فإن استخبثه البعض اعتبر الأكثر ، والعبرة باستطابة أهل السعة لا ذوي الفاقة ا هـ </strong></h2>

            http://jundumuhammad.net/2014/01/14/drs-ahmad-sukina-mta-halal-hukumnya-memakan-daging-cicak-tokek/feed/
        1
       
       
        Update: Aplikasi Kitab Mawlid Simtud Durar untuk Android
        http://jundumuhammad.net/2014/01/09/update-aplikasi-kitab-mawlid-simtud-durar-untuk-android/
        http://jundumuhammad.net/2014/01/09/update-aplikasi-kitab-mawlid-simtud-durar-untuk-android/#comments
        Thu, 09 Jan 2014 01:01:21 +0000
        Jundu Muhammad
                Kitab Maulid

        http://jundumuhammad.net/?p=1967
        Alhamdulillah, bersamaan dengan masuknya bulan Rabi&#8217;ul Awwal, bulan di mana Sayyidina Muhammad Shollallaahu &#8216;alaihi wa sallam dilahirkan, dan bersamaan dengan dilahirkannya Beliau di dunia ini, maka iblis pun menangis keras dan meraung-raung ketika mendengar kabar bahwa Nabi Muhammad Shallallaahu &#8216;alaihi wa sallam dilahirkan. Dan di bulan inilah banyak diselenggarakan majelis-majelis maulid Nabi, di majelis itu [...]
            <p><strong>Alhamdulillah</strong>, bersamaan dengan masuknya bulan Rabi&#8217;ul Awwal, bulan di mana Sayyidina Muhammad Shollallaahu &#8216;alaihi wa sallam dilahirkan, dan bersamaan dengan dilahirkannya Beliau di dunia ini, maka iblis pun menangis keras dan meraung-raung ketika mendengar kabar bahwa Nabi Muhammad Shallallaahu &#8216;alaihi wa sallam dilahirkan.</p>
<p>Dan di bulan inilah banyak diselenggarakan majelis-majelis maulid Nabi, di majelis itu dikaji tentang sirah Nabi, perjalanan hidup Nabi, tingginya akhlak dan budi pekerti Nabi Shollallaahu &#8216;alaihi wa sallam dan hal-hal lain berkaitan dengan Nabi Muhammad Shollallaahu &#8216;alaihi wa sallam.</p>
<p>Bertepatan dengan momen itulah, kami launching lagi update aplikasi mawlid simtud duror sebagai penyempurnaan dari aplikasi serupa yang pernah kami publikasikan. Aplikasi maulid simtud durar ini hanya untuk Android versi 4.0 ke atas.</p>
<p>Banyak update pada aplikasi terbaru ini, diantaranya:</p>
<p><strong>1. Tampilan antar-muka yang lebih elegan.</strong></p>
<p><strong>2. Ringan.</strong></p>
<p><strong>3. Perubahan font.</strong></p>
<p><strong>4. Penambahan fitur Zoom untuk mengubah ukuran teks.</strong></p>
<p>Beberapa Screenshot Tampilannya:</p>
<p><img class="size-full wp-image-1968 alignnone" title="mawlid-simtuddurar-01" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2014/01/mawlid-simtuddurar-01.png" alt="" width="240" height="431" />     <img class="size-full wp-image-1969 alignnone" title="mawlid-simtuddurar-02" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2014/01/mawlid-simtuddurar-02.png" alt="" width="241" height="415" /></p>
<p><img class="size-full wp-image-1970 alignnone" title="mawlid-simtuddurar-03" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2014/01/mawlid-simtuddurar-03.png" alt="" width="241" height="433" />     <img class="size-full wp-image-1971 alignnone" title="mawlid-simtuddurar-04" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2014/01/mawlid-simtuddurar-04.png" alt="" width="241" height="434" /></p>
<p style="text-align: center;">Klik <strong>DOWNLOAD</strong> untuk mengunduh file installer <strong>Maulid Simtud Durar</strong> versi Android</p>
<p style="text-align: center;"><a href="http://jundumuhammad.net/MawlidSimtudDurar.apk.php"><img title="download-kitab-mawlid-simtud-durar-untuk-android" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/04/download-kitab-mawlid-simtud-durar-untuk-android.png" alt="" width="128" height="128" /></a></p>
<div style="text-align: center;">Semoga bermanfaat&#8230;.</div>
<p>&nbsp;</p>

            http://jundumuhammad.net/2014/01/09/update-aplikasi-kitab-mawlid-simtud-durar-untuk-android/feed/
        2
       
       
        CATATAN UST.  IDRUS RAMLI TERHADAP DEBAT TERBUKA DENGAN WAHABI Di KEMENAG KOTA BATAM, 28 Desember 2013
        http://jundumuhammad.net/2013/12/30/catatan-ust-idrus-ramli-terhadap-debat-terbuka-dengan-wahabi-di-kemenag-kota-batam-28-desember-2013/
        http://jundumuhammad.net/2013/12/30/catatan-ust-idrus-ramli-terhadap-debat-terbuka-dengan-wahabi-di-kemenag-kota-batam-28-desember-2013/#comments
        Sun, 29 Dec 2013 23:44:49 +0000
        Jundu Muhammad
                Ahlussunnah Wal Jama'ah
        Fakta Salafy Wahabi
        Pembahasan Bid'ah

        http://jundumuhammad.net/?p=1959
        1. Dalam dialog tersebut, perwakilan dari Ahlussunnah Wal-Jama’ah sebagai pembicara, hanya al-faqir Muhammad Idrus Ramli. Sedangkan Kiai Thobari Syadzili, hanya menemani duduk, tidak diberi waktu berbicara, kecuali 1 menit menjelang acara dihentikan. Sementara dari pihak Radio Hang atau Wahabi, adalah Ustadz Zaenal Abidin dan Ustadz Firanda Andirja. Isu-isu dari kaum Wahabi, bahwa perwakilan dari Ahlussunnah [...]
            <p style="text-align: justify;"><object width="560" height="315" classid="clsid:d27cdb6e-ae6d-11cf-96b8-444553540000" codebase="http://download.macromedia.com/pub/shockwave/cabs/flash/swflash.cab#version=6,0,40,0"><param name="allowFullScreen" value="true" /><param name="allowscriptaccess" value="always" /><param name="src" value="//www.youtube.com/v/ydQxcjAeB2Q?version=3&amp;hl=en_US&amp;rel=0" /><param name="allowfullscreen" value="true" /><embed width="560" height="315" type="application/x-shockwave-flash" src="//www.youtube.com/v/ydQxcjAeB2Q?version=3&amp;hl=en_US&amp;rel=0" allowFullScreen="true" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" /></object></p>
<hr />
<p style="text-align: justify;">1. Dalam dialog tersebut, perwakilan dari Ahlussunnah Wal-Jama’ah sebagai pembicara, hanya al-faqir Muhammad Idrus Ramli. Sedangkan Kiai Thobari Syadzili, hanya menemani duduk, tidak diberi waktu berbicara, kecuali 1 menit menjelang acara dihentikan. Sementara dari pihak Radio Hang atau Wahabi, adalah Ustadz Zaenal Abidin dan Ustadz Firanda Andirja. Isu-isu dari kaum Wahabi, bahwa perwakilan dari Ahlussunnah adalah saya dan beberapa orang, adalah tidak benar. Jadi yang benar, debat 1 orang lawan 2 orang.</p>
<p style="text-align: justify;">2. Dalam acara dialog tersebut, semua pembicara dibatasi oleh waktu. Karenanya mungkin banyak pembicaraan Wahabi yang tidak sempat kami tanggapi, dan sebaliknya.</p>
<p style="text-align: justify;">3. Dalam pengantar dialognya, Ustadz Zaenal Abidin Lc, yang mewakili pihak Wahabi, mengaku sebagai warga NU (Nahdlatul Ulama) tulen. Padahal selama ini, dalam ceramah-ceramahnya ia selalu membid’ahkan amalian warga NU. Dan ternyata, dalam dialog tersebut, Zaenal Abidin, tidak bisa menyembunyikan jatidirinya yang Wahabi. Ia menyalahkan ajaran NU seperti menerima bid’ah hasanah, melafalkan niat dalam ibadah, qunut shubuh, tahlilan (kendurenan tujuh hari), Yasinan dan Yasin Fadhilah. Silahkan pemirsa menilai sendiri dengan hati nurani. Zaenal mengaku warga NU tulen, tetapi menyalahkan semua amaliah NU. <span id="more-1959"></span></p>
<p style="text-align: justify;">4. Delegasi dari Wahabi, Zaenal maupun Firanda, tidak menaruh hormat kepada pendapat para ulama besar sekaliber Imam Ahmad bin Hanbal, Imam an-Nawawi, al-Hafizh Ibnu Hajar dan lain-lain. Misalnya dalam bahasan bid’ah hasanah, saya mengutip pendapat Imam an-Nawawi yang menjelaskan bahwa hadits kullu bid’atin dhalalah, dibatasi dengan hadits man sanna sunnatan hasanatan. Firanda tidak menghargai pendapat Imam an-Nawawi tersebut, dan memilih berpendapat sendiri. Padahal dia, masih belum layak memiliki pendapat sendiri. Bahkan memahami karya para ulama juga sering keliru. Pembaca dan pemirsa tentu tahu, bahwa ciri khas kaum liberal atau JIL adalah menolak otoritas ulama.</p>
<p style="text-align: justify;">5. Zaenal dan Firanda menggunakan standar ganda dalam menilai pendapat para ulama. Ketika pendapat mereka sesuai dengan semangatnya, mereka mati-matian menyerang tradisi NU, seperti dalam kasus tradisi kenduri kematian selama 7 hari, yang dihukumi makruh dalam kitab-kitab Syafi’iyah. Seakan-akan mereka lebih Syafi’iyah dari pada warga NU. Akan tetapi ketika pendapat para ulama tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka, Firanda dan Zaenal menganggap pendapat tersebut tidak ada apa-apanya. Seperti dalam bahasan bid’ah hasanah. Sikap mendua seperti ini, mirip sekali dengan kebiasaan orang Syiah. Ketika hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim sesuai dengan keinginan Syiah, mereka jadikan hujjah. Akan tetapi ketika hadits-hadits tersebut berbeda dengan hawa nafsu Syiah, mereka tolak dan mereka dustakan.</p>
<p style="text-align: justify;">6. Dalam bahasan qunut shubuh, Firanda melakukan kesalahan ilmiah ketika mengomentari tanggapan saya terhadap hadits Abi Malik al-Asyja’i. Sebagaimana dimaklumi, dalam riwayat al-Tirmidzi, an-Nasa’i, Musnad Ahmad dan Ibnu Hibban, Abu Malik al-Asyja’i menafikan qunut secara mutlak, baik qunut nazilah maupun qunut shubuh. Tetapi Firanda mengatakan bahwa dalam kitab-kitab hadits, hadits Abu Malik al-Asyja’i menggunakan redaksi yaqnutun fil fajri (qunut shalat shubuh). Ternyata setelah kami periksa dalam kitab-kitab hadits, kalimat fil fajri tidak ada dalam riwayat-riwayat tersebut. Silahkan diperiksa dalam Sunan al-Tirmidzi juz juz 2 hal. 252 (tahqiq Ahmad Syakir), Sunan al-Kubra lin-Nasa’i, juz 1 hal. 341 tahqiq at-Turki atau al-Mujtaba lin-Nasa’i juz 2 hal. 304 tahqiq Abu Ghuddah.</p>
<p style="text-align: justify;">7. Firanda memaksakan diri mengatakan bahwa hukum kenduri kematian selama tujuh hari menurut Syafi’iyah adalah makruh tahrim. Padahal dalam kitab-kitab Syafi’iyah, hukumnya adalah bid’ah yang makruh dan tidak mustahabbah, alias bukan makruh tahrim. Untuk menguatkan pandangannya, Firanda mengutip pernyataan Syaikhul Islam Zakariya al-Anshari, dalam Asna al-Mathalib, yang berkata “wa hadza zhahirun fit tahrim”. Ternyata setelah kami periksa, Syaikhul Islam Zakariya, masih menghukumi kenduri kematian dengan makruh atau bid’ah yang tidak mustahab (tidak sunnah). Sedangkan keharaman yang menjadi makna zhahir hadits tersebut, oleh beliau dialihkan kepada bukan tahrim. Hal ini dapat dipahami, ketika membaca dengan seksama, bahwa Syaikhul Islam Zakariya dalam pernyataan tersebut, mengutip dari Imam an-Nawawi dalam Raudhah al-Thalibin dan al-Majmu’, yang menghukumi kenduri kematian dengan bid’ah yang tidak mustahab.</p>
<p style="text-align: justify;">8. Zaenal Abidin, kurang memahami istilah-istilah keilmuan. Misalnya tentang qiro’ah syadzdzah (bacaan yang aneh atau menyimpang), dalam membaca al-Qur’an. Menurut Zaenal, orang yang membaca ayat al-Qur’an, apabila diulang-ulang maka termasuk qiro’ah syadzdzah yang diharamkan. Sebaiknya Zaenal belajar ilmu qiro’ah atau ilmu tafsir agar tidak keliru dalam hal-hal kecil.</p>
<p style="text-align: justify;">9. Dalam bahasan melafalkan niat, menurut Firanda dan Zaenal, redaksi niat harus menggunakan redaksi usholli dan nawaitu showma ghadin. Kalau redaksinya dirubah menjadi nawaitu an ushalliya atau inni shoimun, dan atau ashuumu, menurut mereka adalah salah dalam madzhab Syafi’iyah.</p>
<p>Demikian beberapa catatan kami terhadap dialog kemarin. Wallahul muwaffiq.<br />
Wassalam<br />
Muhammad Idrus Ramli<br />
Batam, 30 Desember 2013.</p>
<hr />
<h3>CATATAN DARI KH. THOBARY SYADZILY ATAS DIALOG ILMIAH “ASWAJA VS SALAFI WAHABI DI BATAM”</h3>
<p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 13px; font-weight: normal;">Dalam dialog ilmiah hari Sabtu pagi, 28 Desember 2013 M. / 1435 H. di Batam antara Aswaja dan Salafi Wahabi, sengaja saya tidak bicara karena waktunya sangat sempit sekali yaitu masing-masing pihak untuk dua orang nara sumber, baik dari pihak Aswaja maupun Salafi Wahabi, hanya diberikan waktu 20 menit oleh moderator, sehingga saya mewakilkan sepenuhnya kepada Ustadz Idrus Romli untuk angkat bicara, dan saya yakin ustadz Idrus Ramli dapat menyelesaikan permasalahan yang akan dibahasnya tentang tuduhan bid’ah dan musyrik yang dilontarkan Salafi Wahabi terhadap Aswaja dapat diselesaikan dengan baik, rapih, teratur, universal, dan tidak setengah-setengah. Dan, alhamdulillah dengan pembahasan dan pemaparan yang begitu gamblang, ternyata tuduhan Salafi Wahabi itu tidak terbukti. Itulah fakta sebenarnya di lapangan. Jadi, apabila Salafi Wahabi mengulangi kembali perbutannya dengan tuduhan bid’ah dan syirik terhadap amalan para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah, maka itu harus diproses secara hukum.</span></p>
<p style="text-align: justify;">Adapun diamnya saya dalam dialog dan menyerahkan sepenuhnya kepada ustadz Idrus Ramli untuk angkat bicara, itu menunjukkan sikap lunak hati saya agar tidak memicu konflik atau kerusuhan di bawah gedung yang telah dipenuhi ribuan massa yang sedang emosi. Jika saya bicara dan bisa membuktikan bahwa setiap amalan ulama itu ada dalil-dalilnya, sudah barangtentu massa dengan paksa akan memasuki gedung dialog, meskipun dijaga ketat oleh puluhan atau ratusan aparat keamanan dan polisi. Olehkarena itu, saya tidak menginginkan hal demikian.</p>
<p style="text-align: justify;">KH. THOBARY SYADZILY</p>
<p style="text-align: justify;">30 Desember 2013 19:20 WIB</p>

            http://jundumuhammad.net/2013/12/30/catatan-ust-idrus-ramli-terhadap-debat-terbuka-dengan-wahabi-di-kemenag-kota-batam-28-desember-2013/feed/
        37
       
       
        Hukum Menghidangkan Makanan Kenduri Kematian Menurut al-Imam Ibnu Hajar al-Haytami
        http://jundumuhammad.net/2013/08/29/hukum-menghidangkan-makanan-kenduri-kematian-menurut-al-imam-ibnu-hajar-al-haytami/
        http://jundumuhammad.net/2013/08/29/hukum-menghidangkan-makanan-kenduri-kematian-menurut-al-imam-ibnu-hajar-al-haytami/#comments
        Thu, 29 Aug 2013 01:41:07 +0000
        Jundu Muhammad
                'Amaliyah
        Ahlussunnah Wal Jama'ah
        Kajian Fiqh Syafi'iyyah

        http://jundumuhammad.net/?p=1949
        Telah ditanya al-Imam Ibnu Hajar al-Haitami -semoga Allah Ta&#8217;aala selalu memberikan manfaat dengan beliau- mengenai permasalahan menyediakan makanan bagi orang ta’ziyah yang umum dilakukan di negeri Yaman, yang mana hal tersebut kadang dilakukan oleh orang lain (bukan keluarga) namun semua pengeluaran (biaya) dimintakan kepada ahli waris dan kadang-kadang dikerjakan oleh salah seorang ahli waris dan [...]
            <p style="text-align: center;"><img class="aligncenter  wp-image-1950" title="fatawa al-fiqhiyyah al-kubra" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/08/fatawa-al-fiqhiyyah-al-kubra.png" alt="" width="591" height="416" /></p>
<p style="text-align: justify;">Telah ditanya al-Imam Ibnu Hajar al-Haitami -semoga Allah Ta&#8217;aala selalu memberikan manfaat dengan beliau- mengenai permasalahan menyediakan makanan bagi orang ta’ziyah yang umum dilakukan di negeri Yaman, yang mana hal tersebut kadang dilakukan oleh orang lain (bukan keluarga) namun semua pengeluaran (biaya) dimintakan kepada ahli waris dan kadang-kadang dikerjakan oleh salah seorang ahli waris dan semua biaya dimintakan kepada ahli waris yang lain. Maka bagaimanakah hukumnya (menyediakan makanan tersebut)?<span id="more-1949"></span></p>
<div style="text-align: justify;">al-Imam Ibnu Hajar al-Haitami menjawab:</div>
<div style="text-align: justify;">Bila menyediakan makanan bagi orang-orang yang  berta’ziyah tersebut mendorong kepada maksiat seperti niyahah maka hukumnya haram secara mutlaq (baik yang melakukannya pewaris atau orang lain, menggunakan harta mahjur &#8216;alaih ataupun tidak) dan jika menyediakan makanan tersebut tidak mendorong kepada maksiat dan dilakukan oleh orang lain tanpa ada izin dari pewaris hukumnya boleh dan tidak dapat dimintakan biaya kepada ahli waris karena ia melakukan tabarru&#8217; (kebaikan). Demikian juga diperbolehkan jika dilakukan oleh sebagian ahli waris tanpa ada izin dari ahli waris lainnya maka tidak dapat dimintakan ganti biayanya kepada ahli waris lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">Dan haram bagi pewaris atau orang yang menerima wasiat melakukan hal tersebut (menyediakan makanan bagi orang yang berta&#8217;ziah) dari harta peninggalan bila ada sebagian ahli waris yang belum mukallaf atau mahjur ‘alaih (orang yang tidak dibolehkan mempergunakan harta) karena boros (safih).</div>
<div style="text-align: justify;">Bila si mayat mewasiatkannya (penyediaan makanan untuk orang yang berta&#8217;ziah) maka jika atas jalan haram atau makruh maka masiatnya tidak berlaku. Dan bila tidak (bukan atas jalan haram atau makhruh) maka wasiat tersebut berlaku hanya dari 1/3 harta si mayat jika tidak di izinkan oleh ahli waris untuk lebih dari kadar 1/3 harta mayat, maka pada saat demikian boleh dikerjakan oleh orang yang di wasiatkan. Wallahu a&#8217;lam.</div>
<div style="text-align: justify;"></div>
<div style="text-align: justify;">Kesimpulan:</div>
<div style="text-align: justify;"></div>
<div style="text-align: justify;">Dari jawaban al-Imam Ibnu Hajar al-Haitami dapat disimpulkan bahwa hukum menyediakan makanan pada hari kematian adalah;</div>
<div style="text-align: justify;"></div>
<div style="text-align: justify;">1. Dihukumi <strong>Haram</strong>, apabila :</div>
<div style="text-align: justify;">a. Pemberian makanan tersebut untuk mendorong orang-orang melakukan kemaksiatan seperti niyahah atau meratapi kematian. (Faktanya di masyarakat tidak pernah kita melihat ada orang yang menyediakan makanan dengan tujuan untuk niyahah seperti ini)</div>
<div style="text-align: justify;">b. Di ambil dari harta warisan sedangkan di antara ahli waris ada yang belum baligh atau <em>mahjur `alaih</em> (misalnya orang gila)</div>
<div style="text-align: justify;"></div>
<div style="text-align: justify;">2. Dihukumi <strong>Boleh</strong>, apabila:</div>
<div style="text-align: justify;">a. Menggunakan harta selain harta warisan</div>
<div style="text-align: justify;">b. Menggunakan harta warisan atas dasar persetujuan semua ahli waris.</div>
<div style="text-align: justify;">c. Dikerjakan oleh sebagian ahli waris dari harta miliknya sendiri (selain harta warisan) atau harta warisan yang menjadi bagiannya.</div>
<div style="text-align: justify;"></div>
<div style="text-align: justify;">3. Apabila orang yang wafat tersebut pernah mewasiatkan untuk menyediakan makanan pada hari kematiannya, maka pelaksanaan wasiat tersebut hanya berlaku pada kasus dimana menghidangkan makanan dihukumi boleh, sedangkan pada kasus haram atau makruh maka wasiat tersebut tidak berlaku.</div>

            http://jundumuhammad.net/2013/08/29/hukum-menghidangkan-makanan-kenduri-kematian-menurut-al-imam-ibnu-hajar-al-haytami/feed/
        9
       
       
        Apa Kata Imam Ibnu Hajar al-Haitami Mengenai Ulama-ulama Shufi?
        http://jundumuhammad.net/2013/07/07/apa-kata-imam-ibnu-hajar-al-haitami-mengenai-ulama-ulama-shufi/
        http://jundumuhammad.net/2013/07/07/apa-kata-imam-ibnu-hajar-al-haitami-mengenai-ulama-ulama-shufi/#comments
        Sun, 07 Jul 2013 05:16:18 +0000
        Jundu Muhammad
                Ahlussunnah Wal Jama'ah
        Tata Hatimu

        http://jundumuhammad.net/?p=1942
        Di dalam kitab fatawa al-haditsiyyah karya al-Imam ibnu Hajar al-Haitami rahimahullaah, beliau menjelaskan perihal bahayanya menentang para ulama-ulama shufi yang berjalan di atas kebenaran: Dan hendaknya bagi manusia sedapat mungkin untuk tidak menentang para ulama shufi, semoga Allah memberi manfaat kepada kita dengan ma’rifat-ma’rifat mereka dan melimpahkan apa yang Allah limpahkan kepada orang-orang khususnya dengan [...]
            <p style="text-align: justify;">Di dalam kitab fatawa al-haditsiyyah karya al-Imam ibnu Hajar al-Haitami rahimahullaah, beliau menjelaskan perihal bahayanya menentang para ulama-ulama shufi yang berjalan di atas kebenaran:</p>
<p style="text-align: center;"><img class="aligncenter  wp-image-1943" title="fatawa-al-haditsiyyah-penjelasan-tentang-bahayanya-menentang-ulama-shufi-yang-berjalan-diatas-kebenaran" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/07/fatawa-al-haditsiyyah-penjelasan-tentang-bahayanya-menentang-ulama-shufi-yang-berjalan-diatas-kebenaran.jpg" alt="" width="536" height="289" /></p>
<p style="text-align: justify;">Dan hendaknya bagi manusia sedapat mungkin untuk tidak menentang para ulama shufi, semoga Allah memberi manfaat kepada kita dengan ma’rifat-ma’rifat mereka dan melimpahkan apa yang Allah limpahkan kepada orang-orang khususnya dengan perantara kecintaan kami pada mereka, menetapkan kita pada jalan pengikut mereka dan mencurahkan kita curahan-curahan ilmu ma’rifat mereka.</p>
<p style="text-align: justify;">Hendaknya manusia menyerahkan apa yang mereka lihat dari keadaan para ulama shufi dengan kemungkinan-kemungkinan baik yang dapat mengeluarkan mereka dari melakukan perbuatan haram. Kami sungguh telah menyaksikan orang yang sangat menentang ulama shufi, mereka para penentang itu mendapatkan ujian dari Allah dengan pencabutan derajatnya, dan Allah menghilangkan curahan kelembutan-Nya dan rahasia-rahasia kehadiran-Nya.</p>
<p style="text-align: justify;">Kemudian Allah menimpakan kepada para penentang itu dengan kehinaan dan kerendahan dan mengembalikan mereka pada derajat terendah. Allah telah menguji mereka dengan semua penyakit dan cobaan .</p>
<p style="text-align: justify;">Maka kami berlindung kepada-Mu ya Allah dari hantaman-hantaman yang kami tidak sanggup menahannya dan dari tuduhan-tuduhan yang membinasakan. Dan kami memohon agar Engkau menetapi kami jalan mereka yang kuat, dan Engkau anugerahkan kami apa yang telah Engkau anugerahkan pada mereka sehingga kami menjadi orang yang mengenal Allah dan imam yang mujtahid, sesungguhnya Engkau maha Mampu atas segala sesuatu dan maha layak untuk mengabulkan permohonan.</p>
<p style="text-align: justify;">Fatawa al-Haditsiyyah Juz 1 halaman 59.</p>
<p style="text-align: justify;"><a href="http://maktabah.jundumuhammad.net/read.php?vcid=1&amp;vbid=39&amp;vtocid=59" target="_blank">http://maktabah.jundumuhammad.net/read.php?vcid=1&amp;vbid=39&amp;vtocid=59</a></p>

            http://jundumuhammad.net/2013/07/07/apa-kata-imam-ibnu-hajar-al-haitami-mengenai-ulama-ulama-shufi/feed/
        8
       
       
        Download Kitab Maulid Simtud Duror versi Android
        http://jundumuhammad.net/2013/04/25/download-kitab-maulid-simtud-duror-versi-android/
        http://jundumuhammad.net/2013/04/25/download-kitab-maulid-simtud-duror-versi-android/#comments
        Thu, 25 Apr 2013 12:04:11 +0000
        Jundu Muhammad
                Kitab Maulid
        android
        kitab
        maulid
        simtud duror

        http://jundumuhammad.net/?p=1920
        UPDATE!!!! DOWNLOAD APLIKASI VERSI TERBARU DI SINI! Alhamdulillah, setelah beberapa tahun yang lalu menyusun aplikasi Kitab Maulid Simtud Duror versi Java, sekarang kami susun pula sebuah aplikasi serupa namun khusus untuk Handphone atau Tablet dengan sistem operasi Android. Agar dapat berjalan dengan lancar, aplikasi ini membutuhkan sistem operasi Android versi 3 ke atas, sangat disarankan [...]
            <h2 style="text-align: justify;"><img class="alignleft  wp-image-1925" style="margin-left: 5px; margin-right: 5px;" title="android-icon" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/04/android-icon-150x150.png" alt="" width="80" height="80" /></h2>
<h2 style="text-align: justify;"><a title="Download Mawlid Simtuddurar Android versi 3.00" href="http://jundumuhammad.net/2014/01/09/update-aplikasi-kitab-mawlid-simtud-durar-untuk-android/">UPDATE!!!! DOWNLOAD APLIKASI VERSI TERBARU DI SINI!</a></h2>
<p style="text-align: justify;">Alhamdulillah, setelah beberapa tahun yang lalu menyusun aplikasi Kitab Maulid Simtud Duror versi Java, sekarang kami susun pula sebuah aplikasi serupa namun khusus untuk Handphone atau Tablet dengan sistem operasi Android. Agar dapat berjalan dengan lancar, aplikasi ini membutuhkan sistem operasi Android versi 3 ke atas, sangat disarankan versi 4.0.</p>
<p style="text-align: justify;">Silakan download aplikasinya di link download yang tersedia di akhir artikel ini, setelah di download aplikasi tersebut dapat langsung diinstal di gadget Anda.</p>
<p style="text-align: justify;">Berikut ini beberapa screenshotnya:</p>
<p style="text-align: center;"><img class="aligncenter" title="screenshot-kitab-mawlid-simtuddurar-versi-android-004" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/04/screenshot-kitab-mawlid-simtuddurar-versi-android-004.png" alt="" width="319" height="482" /></p>
<p><span id="more-1920"></span></p>
<p style="text-align: center;"><img class="size-full wp-image-1922 aligncenter" style="border: 4px solid black; margin-top: 0px; margin-bottom: 0px;" title="screenshot-kitab-mawlid-simtuddurar-versi-android-001" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/04/screenshot-kitab-mawlid-simtuddurar-versi-android-001.png" alt="" width="320" height="480" /></p>
<p style="text-align: center;"><!--more--></p>
<p style="text-align: center;"><img class="aligncenter size-full wp-image-1935" title="screenshot-kitab-mawlid-simtuddurar-versi-android-005" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/04/screenshot-kitab-mawlid-simtuddurar-versi-android-005.png" alt="" width="319" height="481" /></p>
<p style="text-align: center;"><img class="aligncenter size-full wp-image-1936" title="screenshot-kitab-mawlid-simtuddurar-versi-android-006" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/04/screenshot-kitab-mawlid-simtuddurar-versi-android-006.png" alt="" width="320" height="482" /></p>
<p style="text-align: center;"> Klik DOWNLOAD untuk mengunduh file installer Maulid Simtud Durar versi Android</p>
<p style="text-align: center;"><a href="http://jundumuhammad.net/MawlidSimtudDurar.apk.php"><img class="aligncenter" title="download-kitab-mawlid-simtud-durar-untuk-android" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/04/download-kitab-mawlid-simtud-durar-untuk-android.png" alt="" width="128" height="128" /></a></p>
<div style="text-align: center;">Selamat mencoba, semoga bermanfaat&#8230;.</div>

            http://jundumuhammad.net/2013/04/25/download-kitab-maulid-simtud-duror-versi-android/feed/
        7
       
       
        Seri Kajian Kitab Kuning “Fathul Mu’in” – Bagian 4 – Syarat-syarat Sholat
        http://jundumuhammad.net/2013/04/08/seri-kajian-kitab-kuning-fathul-muin-bagian-4-syarat-syarat-sholat/
        http://jundumuhammad.net/2013/04/08/seri-kajian-kitab-kuning-fathul-muin-bagian-4-syarat-syarat-sholat/#comments
        Mon, 08 Apr 2013 01:09:54 +0000
        Jundu Muhammad
                Ahlussunnah Wal Jama'ah
        Kajian Fiqh Syafi'iyyah
        Kitab Fathul Muin

        http://jundumuhammad.net/?p=1858
        FASAL: SYARAT-SYARAT SHALAT Makna Syarat ialah segala sesuatu yang bergantung padanya sahnya sholat namun bukan merupakan bagiannya. Adapun membahas tentang syarat sebaiknya didahulukan daripada membahas tentang rukun-rukun sholat, disebabkan syarat harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum melaksanakan sholat dan tetap terpenuhi selama sholat dikerjakan. Syarat-syarat sholat ada lima macam, salah satunya adalah bersuci daripada hadats dan [...]
            <p style="text-align: center;"><img class="aligncenter  wp-image-1894" title="fathul-muin-syarat-syarat-sholat-0001" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/02/fathul-muin-syarat-syarat-sholat-00011.png" alt="" width="587" height="81" /></p>
<p style="text-align: center;">FASAL: SYARAT-SYARAT SHALAT</p>
<p style="text-align: justify;">Makna Syarat ialah segala sesuatu yang bergantung padanya sahnya sholat namun bukan merupakan bagiannya. Adapun membahas tentang syarat sebaiknya didahulukan daripada membahas tentang rukun-rukun sholat, disebabkan syarat harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum melaksanakan sholat dan tetap terpenuhi selama sholat dikerjakan.<span id="more-1858"></span></p>
<p style="text-align: center;"><img class="aligncenter  wp-image-1895" title="fathul-muin-syarat-syarat-sholat-0002" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/04/fathul-muin-syarat-syarat-sholat-0002.png" alt="" width="583" height="77" /></p>
<p style="text-align: justify;">Syarat-syarat sholat ada lima macam, salah satunya adalah bersuci daripada hadats dan junub. Pengertian  Thaharah secara bahasa artinya adalah suci bersih dan terlepas daripada kotoran. Sedangkan pengertian thaharah secara istilah syara&#8217; ialah mengangkat atau menghilangkan halangan yang berupa hadats atau najis.</p>
<p style="text-align: center;"><img class="aligncenter  wp-image-1896" title="fathul-muin-syarat-syarat-sholat-0003" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/04/fathul-muin-syarat-syarat-sholat-0003.png" alt="" width="581" height="71" /></p>
<p style="text-align: justify;">Pertama, yakni thaharah daripada hadats: Wudhu.</p>
<p style="text-align: justify;">Wudhu &#8211;dengan huruf wawu yang didhommah&#8211; yaitu menggunakan air untuk anggota-anggota badan tertentu yang diawali dengan niat; sedangkan jika huruf wawu di fathah (Wadhu) maka maknanya adalah air yang digunakan untuk berwudhu. Adapun permulaan diwajibkannya berwudhu ialah bersamaan dengan permulaan diwajibkannya sholat fardhu pada malam Isra&#8217;.</p>
<p style="text-align: center;"><img class="aligncenter  wp-image-1898" title="fathul-muin-syarat-syarat-sholat-0004" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/04/fathul-muin-syarat-syarat-sholat-00041.png" alt="" width="581" height="115" /></p>
<p style="text-align: justify;">Dan syarat-syarat wudhu seperti halnya syarat-syarat mandi yaitu ada lima syarat. <strong>Syarat yang pertama adalah: Air muthlaq</strong>. Maka dalam hal ini tidak dapat mengangkat hadats atau membersihkan najis serta tidak dapat digunakan untuk thaharah-thaharah lainnya walaupun tahaharah sunnah kecuali hanya menggunakan air muthlaq.</p>
<p style="text-align: justify;">Pengertian air muthlaq ialah yang dinamai &#8220;AIR&#8221; tanpa ada tambahan apapun, meskipun hasil penyulingan daripada uap air mendidih, atau dilarutkan campurannya ataupun ada tambahan pada nama airnya, di mana tambahan ini menjelaskan atau menerangkan tentang wadah atau tempatnya, misalnya &#8220;AIR LAUT&#8221;, hal ini berbeda dengan air yang namanya selalu disebut memakai tambahan, misalnya &#8220;AIR MAWAR&#8221;.</p>
<p style="text-align: center;"><img class="aligncenter  wp-image-1899" title="fathul-muin-syarat-syarat-sholat-0005" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/04/fathul-muin-syarat-syarat-sholat-0005.png" alt="" width="581" height="71" /></p>
<p style="text-align: justify;">Bukan air musta&#8217;mal (air bekas thaharah), baik air bekas menghilangkan hadats kecil maupun besar, walaupun thaharahnya orang yang bermadzhab hanafi yang tanpa menggunakan niat, ataupun anak kecil yang belum mumayyiz untuk thawaf dan mencuci najis meskipun najis ma&#8217;fuw, yang mana air bekas thaharah tersebut jumlahnya sedikit, yakni kurang daripada dua kullah.</p>
<p style="text-align: center;"><img class="aligncenter  wp-image-1901" title="fathul-muin-syarat-syarat-sholat-0006" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/04/fathul-muin-syarat-syarat-sholat-0006.png" alt="" width="579" height="61" /></p>
<p style="text-align: justify;">Maka apabila air-air musta&#8217;mal dikumpulkan hingga mencapai dua kullah maka jadilah ia air muthahhir yang dapat digunakan untuk bersuci, sebagaimana terkumpulnya air mutanajjis hingga dua kullah dengan syarat dalam keadaan tidak berubah meskipun setelah diambil jumlahnya akan kembali menjadi sedikit.</p>
<p style="text-align: center;"><img class="aligncenter  wp-image-1902" title="fathul-muin-syarat-syarat-sholat-0007" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/04/fathul-muin-syarat-syarat-sholat-0007.png" alt="" width="592" height="67" /></p>
<p style="text-align: justify;">Maka dapat diketahui bahwasanya kemusta&#8217;malan air itu hanya pada air yang jumlahnya sedikit, setelah terpisah dari tempat kegunaannya &#8211;meskipun hanya secara hukum&#8211; sepertihalnya air basuhan yang melewati pundak orang yang berwudhu atau lututnya, walaupun kembali ke tempatnya yang semula, atau air yang berpindah dari tangan yang satu kepada bagian yang lainnya.</p>
<p style="text-align: center;"><img class="aligncenter  wp-image-1903" title="fathul-muin-syarat-syarat-sholat-0008" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/04/fathul-muin-syarat-syarat-sholat-0008.png" alt="" width="592" height="50" /></p>
<p style="text-align: justify;">Ya benar, tidak mengapa bagi orang yang berhadats kecil, air itu berpindah dari telapak tangan ke lengan. Dan bagi orang yang dalam keadaan junub, tidak mengapa berpindahnya air dari kepala ke anggota tubuh lain yang dapat kena tetes air dari kepala itu seperti halnya pada bagian dada.</p>
<p style="text-align: justify;">Insya&#8217; Alloh bersambung.</p>

            http://jundumuhammad.net/2013/04/08/seri-kajian-kitab-kuning-fathul-muin-bagian-4-syarat-syarat-sholat/feed/
        2
       
       
        Ada Orang yang Mengaku sebagai Muhaddits? Cek Dulu Apakah Kriteria-kriteria Berikut ini Sudah Terpenuhi?
        http://jundumuhammad.net/2013/04/06/ada-yang-mengaku-sebagai-muhaddits-cek-dulu-apakah-kriteria-kriteria-berikut-ini-sudah-terpenuhi/
        http://jundumuhammad.net/2013/04/06/ada-yang-mengaku-sebagai-muhaddits-cek-dulu-apakah-kriteria-kriteria-berikut-ini-sudah-terpenuhi/#comments
        Sat, 06 Apr 2013 13:04:25 +0000
        Jundu Muhammad
                Ahlussunnah Wal Jama'ah
        Ilmu Hadits

        http://jundumuhammad.net/?p=1862
        Bismillahirrahmaanirrahiim. Menjadi seseorang ahli hadits yang mencapai derajat sebagai Muhaddits, apalagi derajat muhadditsul muhadditsiin (muhadditsnya para muhaddits), sungguh tidak enteng dan tidak mudah kriteria persyaratan serta tanggungjawabnya. Sehingga tidak sembarangan orang boleh mendakwakan bahwa dirinya sendiri atau orang lain telah mencapai derajat muhaddits, ia harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu yang sangat berat dan harus pula diakui [...]
            <p style="text-align: justify;">Bismillahirrahmaanirrahiim.</p>
<p style="text-align: justify;">Menjadi seseorang ahli hadits yang mencapai derajat sebagai Muhaddits, apalagi derajat muhadditsul muhadditsiin (muhadditsnya para muhaddits), sungguh tidak enteng dan tidak mudah kriteria persyaratan serta tanggungjawabnya. Sehingga tidak sembarangan orang boleh mendakwakan bahwa dirinya sendiri atau orang lain telah mencapai derajat muhaddits, ia harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu yang sangat berat dan harus pula diakui oleh ulama’-ulama’ lainnya yang memiliki kompetensi. Untuk mengetahui bagaimana beratnya dan ketatnya kriteria-kriteria tersebut, ada baiknya kita simak apa yang disampaikan oleh al-Imam Taajuddin as-Subki rahimahullah yang tercantum di dalam salah satu kitab karya beliau yaitu kitab Mu’id an-Ni’am wa Mubiid an-Niqam.</p>
<p style="text-align: center;"><img class="aligncenter size-full wp-image-1863" title="kriteria-muhaddits-dalam-kitab-muid-an-niam-wa-mubid-an-niqam-tajuddin-assubki-001" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/04/kriteria-muhaddits-dalam-kitab-muid-an-niam-wa-mubid-an-niqam-tajuddin-assubki-001.png" alt="" width="574" height="92" /><span id="more-1862"></span></p>
<p style="text-align: justify;"><img class="aligncenter size-full wp-image-1864" title="kriteria-muhaddits-dalam-kitab-muid-an-niam-wa-mubid-an-niqam-tajuddin-assubki-002" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/04/kriteria-muhaddits-dalam-kitab-muid-an-niam-wa-mubid-an-niqam-tajuddin-assubki-002.png" alt="" width="576" height="171" /></p>
<p style="text-align: justify;">Ada suatu kelompok orang yang mengkaji kitab Masyaariq al-Anwaar karya ash-Shaaghaaniy, dan bahkan ditambah pula dengan mengkaji kitab Mashaabih karya al-Baghawi, lalu mereka mengira hanya dengan kriteria yang sedemikian itu saja maka mereka dapat mencapai derajat sebagai muhaddits. Maka sejatinya pendapat mereka itu merupakan wujud kebodohan mereka terhadap ilmu hadits, meskipun mereka hafal isi kedua kitab tersebut di luar kepala, dan ditambah lagi dengan dua kitab lagi yang semisal kedua kitab tadi, maka belumlah mereka mencapai derajat sebagai muhaddits, dan tidak akan mengantarkan mereka mencapai derajat muhaddits sedikitpun hingga onta dapat masuk ke lubang jarum. (Taajuddin As Subki, kitab Mu’id an-Ni’am wa mubid an-Niqam, halaman 81)</p>
<p style="text-align: justify;"><img class="aligncenter size-full wp-image-1865" title="kriteria-muhaddits-dalam-kitab-muid-an-niam-wa-mubid-an-niqam-tajuddin-assubki-003" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/04/kriteria-muhaddits-dalam-kitab-muid-an-niam-wa-mubid-an-niqam-tajuddin-assubki-003.png" alt="" width="591" height="216" /></p>
<p style="text-align: justify;"><img class="aligncenter size-full wp-image-1866" title="kriteria-muhaddits-dalam-kitab-muid-an-niam-wa-mubid-an-niqam-tajuddin-assubki-004" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/04/kriteria-muhaddits-dalam-kitab-muid-an-niam-wa-mubid-an-niqam-tajuddin-assubki-004.png" alt="" width="595" height="49" /></p>
<p style="text-align: justify;">Maka apabila mereka menyatakan bahwasanya  mereka telah sampai pada derajat tinggi di dalam bidang ilmu hadits –menurut persangkaan mereka— yaitu hanya cukup dengan menyibukkan diri mengkaji kitab Jami’ul Ushul karya ibnu al-Atsir, dan ditambah lagi dengan kitab ‘Ulum al’-Hadits karya ibnu Sholah atau kitab ringkasannya yang berjudul at-Taqrib wa at-Taysir karya imam an-Nawawi, atau kitab lain yang semisalnya, lalu mereka mendakwa, “Barang siapa yang mencapai derajat ini, maka ia telah menjadi seorang muhadditsnya para muhaddits, dan dapat diumpamakan seperti Bukhari zaman ini,” atau dengan perkataan-perkataan dusta mereka yang lainnya, maka sesungguhnya hal-hal yang telah kami sebutkan tadi ia tidak dapat dihitung sebagai seorang muhaddits sedikitpun hanya dengan bermodalkan kadar ilmu yang seperti itu. (Tajuddin As Subki, kitab Mu’id an-Ni’am wa mubid an-Niqam, halaman 81-82)</p>
<p style="text-align: justify;"><img class="aligncenter size-full wp-image-1867" title="kriteria-muhaddits-dalam-kitab-muid-an-niam-wa-mubid-an-niqam-tajuddin-assubki-005" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/04/kriteria-muhaddits-dalam-kitab-muid-an-niam-wa-mubid-an-niqam-tajuddin-assubki-005.png" alt="" width="585" height="168" /></p>
<p style="text-align: justify;">Sesungguhnya yang disebut muhaddits adalah mereka yang mengetahui Isnaad, ‘ilal, nama-nama rijal, al-‘aali dan an-naazil, hafal banyak matan, menyimak Kutub As Sittah, Musnad Ahmad, Sunan Al Baihaqi, Mu’jam At Thabarani, dan ditambahkan pula dengannya seribu juz daripada kitab-kitab hadits. Dan yang demikian ini adalah derajat yang paling rendah dari seorang muhaddits. (Tajuddin As Subki, kitab Mu’id an-Ni’am wa mubid an-Niqam, halaman 82-83)</p>
<p style="text-align: justify;">Selain itu mari kita simak juga kitab Tadrib ar-Rawi fii Syarhi Taqriib an-Nawawi karya al-Imam Jalaluddin as-Suyuthi rahimahullah. Di kitab tersebut disebutkan mengenai kriteria Muhaddits dan al-Hafizh. <span style="text-align: justify;">Mengenai kriteria al-Hafizh, al-Imam Jalaluddin as-Suyuthi menukil pendapat dari al-Imam Taqiyyuddin as-Subki:</span></p>
<p style="text-align: center;"><img class="aligncenter  wp-image-1868" title="tadrib-ar-rawi-006" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/04/tadrib-ar-rawi-006.png" alt="" width="546" height="148" /></p>
<p style="text-align: justify;">Dan telah berkata Syaikh Taqiyyuddin as-Subki: “Bahwasanya ia telah bertanya kepada al-Hafizh Jamaluddin al-Mizzi perihal batasan-batasan jumlah banyaknya hafalan yang ditentukan bagi seseorang yang bergelar al-Hafizh? Maka Syaikh al-Mizzi menjawab: Perihal ini dikembalikan kepada para pakarnya. Maka aku (Syaikh Taqiyyuddin As-Subki) bertanya: Dimana ditemukan pakarnya? Sangat langka tentunya, jawab syaikh al-Mizzi: Sangat sedikit memang. Minimal orang yang bergelar al-Hafizh mengetahui para perawi hadits, baik biografinya, perilakunya, dan negerinya, yang ia ketahui lebih banyak daripada yang tidak diketahui. Agar lebih jelas mengenai permasalahan ini kepada khalayak ramai, aku (Syaikh Taqiyyuddin as-Subki) berkata: Orang yang semacam ini sangat langka di zaman ini.” (Tadrib ar-Rawi fi Syarhi Taqrib an-Nawawi, juz 1, halaman 15)</p>
<p style="text-align: justify;">Adapun mengenai kriteria Muhaddits, dijelaskan lagi oleh beliau dengan menukil pendapat beberapa ulama diantaranya:</p>
<p style="text-align: center;"><img class="aligncenter  wp-image-1869" title="tadrib-ar-rawi-007" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/04/tadrib-ar-rawi-007.png" alt="" width="542" height="145" /></p>
<p style="text-align: justify;">Dan berkata Syaikh Fatkhuddin ibn Sayyidunnaas: “Dan adapun muhaddits di zaman kami adalah orang yang menghabiskan waktunya dengan hadits-hadits baik secara riwayat maupun dirayah, dan mengumpulkan riwayat-riwayat, mengetahui sebagian besar para perawi di masanya, ia termasuk orang yang unggul di bidang ini dan dikenal kebagusan daya hafalnya serta masyhur kedhabitannya (tingkat ketelitiannya), maka apabila ia memiliki keluasan di dalam hadits hingga ia mengetahui guru-gurunya, dan guru-guru daripada guru-gurunya, tingkatan demi tingkatan, sekiranya yang ia ketahui daripada tiap tingkatan lebih banyak daripada yang tidak ia ketahui, maka orang ini disebut sebagai al-Hafizh.” (Tadrib ar-Rawi fi Syarhi Taqrib an-Nawawi, juz 1, halaman 15)</p>
<p style="text-align: center;"><img class="aligncenter  wp-image-1870" title="tadrib-ar-rawi-008" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/04/tadrib-ar-rawi-008.png" alt="" width="542" height="112" /></p>
<p style="text-align: justify;">Dan sungguh telah menetapkan para salaf mengenai muhaddits dan al-Hafizh dengan makna, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Sa’id as-Sam’aani dengan sanadnya yang sampai kepada Abu Zur’ah ar-Razi, ia berkata, “Aku mendengar Abu Bakr bin Abi Syaibah berkata: Barang siapa yang tidak menuliskan hadits sebanyak dua puluh ribu hadits secara imla’ maka ia tidak terhitung sebagai ahli hadits.” (Tadrib ar-Rawi fi Syarhi Taqrib an-Nawawi, juz 1, halaman 13)</p>
<p style="text-align: center;"><img class="aligncenter  wp-image-1871" title="tadrib-ar-rawi-009" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/04/tadrib-ar-rawi-009.png" alt="" width="544" height="62" /></p>
<p style="text-align: justify;">Di dalam kitab al-Kaamil karya ibnu ‘Adiy dari jalur an-Nufailiy, ia berkata: “Aku mendengar Husyaiman berkata: Barang siapa yang tidak menghafalkan hadits, maka ia tidak termasuk daripada ahli hadits.” (Tadrib ar-Rawi fi Syarhi Taqrib an-Nawawi, juz 1, halaman 13)</p>
<p style="text-align: justify;"><span style="text-align: justify;">Berdasarkan keterangan dari kitab Tadrib ar-Rawi diatas, maka salah satu syarat menjadi seorang muhaddits adalah menghafal hadits. Tentunya menghafalnya tidak sebatas menghafal hadits puluhan atau ratusan hadits saja, akan tetapi mencapai ratusan ribu hingga jutaan hadits beserta sanad perawinya dan hukum-hukum yang menyertainya.</span></p>
<p style="text-align: center;"><img class="aligncenter  wp-image-1872" title="tadrib-ar-rawi-010" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/04/tadrib-ar-rawi-010.png" alt="" width="512" height="161" /></p>
<p style="text-align: center;"><img class="aligncenter  wp-image-1873" title="tadrib-ar-rawi-011" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/04/tadrib-ar-rawi-011.png" alt="" width="544" height="50" /></p>
<p style="text-align: justify;">Dan diriwayatkan mengenai kadar banyaknya hafalan hadits seorang yang bergelar al-Hafizh, telah berkata imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah: Aku susun kitab al-Musnad dan aku memilihnya dari 750.000 hadits. Dan telah berkata Abu Zur’ah ar-Raziy: Bahwasanya imam Ahmad bin Hanbal hafal Satu juta hadits. Dan telah berkata Yahya bin Ma’iin: Aku telah menulis satu juta hadits dengan tanganku sendiri. Dan telah berkata al-Bukhari: Aku menghafal seratus ribu hadits shahih, dan dua ratus ribu hadits selain hadits shahih. Dan telah berkata Muslim: Aku karang kitab musnad ini dari tiga ratus ribu hadits shahih. Dan telah berkata Abu Dawud: Aku tulis apa-apa dari Rasulillah Shollallaahu ‘alaihi wa sallam sebanyak lima ratus ribu hadits, lalu aku memilih daripadanya untuk aku tulis di kitab as-Sunan. (Tadrib ar-Rawi fi Syarhi Taqrib an-Nawawi, juz 1, halaman 16)</p>
<p style="text-align: center;"><img class="aligncenter  wp-image-1874" title="tadrib-ar-rawi-012" src="http://jundumuhammad.net/wp-content/uploads/2013/04/tadrib-ar-rawi-012.png" alt="" width="543" height="138" /></p>
<p style="text-align: justify;">Dan telah berkata al-Hakim di dalam al-Madkhal: Bahwasanya salah seorang dari para Huffazh hafal sebanyak 500.000 hadits. Aku mendengar Abu Ja’far ar-Razi berkata: Aku mendengar Abu Abdillah bin Warah berkata: Aku bersama Ishaq bin Ibrahim Naisaburi, maka berkata seorang laki-laki dari Iraq: Aku mendengar Ahmad bin Hanbal berkata: Hadits shahih yang aku hafal sebanyak 700.000 lebih, dan lelaki ini, yakni Abu Zur’ah, sungguh ia telah menghafal 700.000 hadits, berkata al-Baihaqi: aku meriwayatkan semua yang shahih daripada hadits-hadits Nabi dan perkataan para shahabat dan Tabi’iin. (Tadrib ar-Rawi fi Syarhi Taqrib an-Nawawi, juz 1, halaman 16)</p>
<p>Lihatlah, para imam kita, hafal ratusan ribu hingga jutaan hadits!</p>
<ol>
<li>Imam Ahmad bin Hanbal hafal 700.000 hingga satu juta hadits</li>
<li>Imam Yahya bin Ma’iin hafal satu juta hadits.</li>
<li>Imam al-Bukhari hafal 100.000 hadits shahih dan 200.000 hadits selain hadits shahih.</li>
<li>Imam Muslim hafal 300.000 hadits shahih.</li>
<li>Imam Abu Dawud hafal 500.000 hadits</li>
</ol>
<p style="text-align: justify;">Para imam tersebut tidak hanya hafal matan hadits saja, akan tetapi semua ilmu yang berkaitan dengan hadits seperti isnaad, ‘ilal, nama-nama rijal, al-‘aali dan an-naazil sebagaimana yang disebutkan oleh Taajuddin as-Subki di awal pembahasan.</p>
<p style="text-align: justify;">Terakhir, sebagai bahan renungan, jika pada zamannya imam Taqiyyuddin as-Subki (Sekitar abad 7 H) jumlah orang yang memenuhi syarat mendapat gelar al-Hafizh saja dapat dibilang langka, apalagi di zaman kita sekarang ini, abad 14 H? Jika ada seseorang yang tiba-tiba mengaku atau “dimunculkan/diorbitkan/dikarbitkan” oleh kalangan tertentu sebagai muhaddits zaman ini atau Bukhari-nya zaman ini kemudian dengan seenaknya ia mengkritik hadits-hadits yang diriwayatkan oleh  para imam muhaddits diatas, mengacak-acak karya imam-imam besar tersebut, sedangkan syarat-syarat paling minimal untuk mendapat legitimasi derajat muhaddits saja tidak terpenuhi, maka sejatinya ia telah merusak Islam dari dalam.</p>
<p>&nbsp;</p>
<p>Wallaahu a’lam bish-showaab</p>
<p>&nbsp;</p>
<p>Referensi:</p>
<p>1, Kitab Mu&#8217;id an-Ni&#8217;am wa Mubid an-Niqam, karya imam Taajuddin as-Subki.</p>
<p>2. Kitab Tadrib ar-Rawi fi Syarhi Taqrib an-Nawawi, Karya imam Jalaluddin as-Suyuthi.</p>
<p>&nbsp;</p>

            http://jundumuhammad.net/2013/04/06/ada-yang-mengaku-sebagai-muhaddits-cek-dulu-apakah-kriteria-kriteria-berikut-ini-sudah-terpenuhi/feed/
        3
       
   

Baca2 yuk!

Selasa, 19 November 2013

Bagian Ke-2

أبو سليمان عن محمد قال إذا أراد الرجل الدخول في الصلاة كبر ورفع يديه حذاء أذنيه ثم يقول سبحانك اللهم وبحمدك وتبارك اسمك وتعالى جدك لا إله غيرك ويتعوذ بالله من الشيطان الرجيم في نفسه ثم يفتتح القراءة ويخفي بسم الله الرحمن الرحيم فإن كان إماما وكان في صلاة يجهر فيها بالقرآن جهر بالقرآن وإن كان في صلاة

Minggu, 17 November 2013

Silahkan dibaca dan tentukan kedudukannya serta terjemahkan sebisanya

 باب الوضوء-

أبو سليمان عن محمد عن أبي حنيفة قال إذا أراد الرجل الصلاة فليتوضأ والوضوء أن يبدأ فيغسل يديه ثلاثا ثم يمضمض فاه ثلاثا ثم يستنشق ثلاثا ثم يغسل وجهه ثلاثا ثم يغسل ذراعيه ثلاثا ثلاثا ثم يمسح برأسه وأذنيه مرة واحدة ثم يغسل رجليه ثلاثا ثلاثاقلت أرأيت إن توضأ مثنى مثنى قال يجزيه قلت فان توضأ واحدة سابغة قال يجزيه